Saya akan menggambarkan proses seleksi di tahap
ini. Yang pertama, saya harus memperkenalkan diri
kepada para pewawancara pada awal proses wawancara. Sebagai gambaran, saya
memulai dari menyampaikan: [1] nama lengkap; [2] tempat dimana saya bekerja,
[3] publikasi [nasional dan internasional] yang saya miliki [sebagai referensi, bisa dilihat di sini], [4] workshop tentang
teknologi pendidikan yang saya kerjakan untuk para guru di Yogyakarta dan Salatiga, dan
[5] keikutsertaan saya sebagai pemakalah di konferensi internasional di empat kota di
Indonesia. Saya percaya bahwa para pembaca pasti memiliki lebih
banyak prestasi yang bisa disampaikan saat wawancara 😊
Menangkap saran Ibu Neny Isharyanti[1], waktu perkenalan diri di awal proses wawancara
adalah
kesempatan kita untuk menyampaikan dengan percaya
diri semua kelebihan kita sehingga para pewawancara merasa
wow! pada kita. Saya juga menangkapnya sebagai waktu yang tepat
untuk semacam menyombongkan [😊] semua prestasi yang saya miliki secara positif kepada orang yang tepat. Kemudian, para pewawancara yang terdiri dari dua
orang professor dari Indonesia dan dua orang professor [native speaker] dari Amerika Serikat mulai memberikan pertanyaan kepada saya yang kurang lebih sebagai berikut:
[a] Tell me your
experiences in using technology in classrooms!
[b] Have you
conducted any research about the use of technology?
[c] Why is
it important to conduct the study about technology in education?
[d] What are
real technological problems you find here in Indonesia?
[e] Where
will you conduct your research?
[f] In this
proposal, you will only conduct the research in your home-university. Why is it
so?
Why don’t
you conduct your research in some universities?
[g] Have you
contacted your professor in the proposed university?
[h] In your
application, you have conducted some research about project-based learning
(PBL).
Please tell
me what you know about PBL!
[i] Some
technological applications you have mentioned seem too old.
Are you sure
that they can contribute to your students?
[j] Why
should we select you as the principal candidate of the scholarship?
Dalam menjawab pertanyaan di atas, saya lebih
banyak memberikan contoh nyata tentang apa yang pernah saya lakukan di dalam kelas. Selain itu, saya banyak memberikan gagasan/issue
yang terjadi dalam ruang lingkup internasional-nasional-lokal, khusunya dalam menjawab pentingnya menggunakan teknologi dalam pendidikan. Ketika di challenge oleh pewawancara, saya menjawab berdasarkan proposal penelitian yang
telah saya tulis, misalnya ketika saya ditanya mengapa saya hanya melakukan
penelitian di universitas tempat saya bekerja. Kuncinya, saya
menjawab semua pernyataan dengan perlahan [tidak perlu terburu-buru], namun
tegas sembari mempertahankan kontak-mata dan sesekali tersenyum kepada para professor yang
duduk di hadapan saya.
Grogi? iya! Tapi, kamu pasti bisa!
Lessons learned:
[5] Berikan contoh nyata untuk mendukung jawaban/
gagasan/ argumen bagi para pewawancara
[6] Awali dari issue internasional [global] –
nasional – lokal dalam memformulasikan gagasan [yang saya pelajari dari Joseph Ernest Mambu, Ph.D, seorang dosen senior di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Indonesia]
[7] Menjawab semua pertanyaan yang diberikan
dengan perlahan namun tegas
[8] Kontak mata dan senyuman itu penting saat proses
wawancara 😊
Disclaimer: This blog is not
an official blog of the U.S. Department of State blog or any other institutions
mentioned here. All views, comments, and information described here are merely
author’s own and are solely used to share his experiences pursuing the chance
to study abroad through Fulbright Scholarship. Thus, they do not represent the
official information of the scholarship. For inquiries related to the official
information can be found on the official website of the scholarship.
Sebelumnya:
Coba Lagi [dari awal]!
Selanjutnya:
Menulis Study Objectives dan Personal Statement
[1]
Beliau adalah seorang
dosen senior di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris,
Universitas Kristen Satya Wacana, alumnus program Fulbright dari Iowa
State University.
No comments:
Post a Comment