Job Fair dan Iri Hati


Siang itu, aku melihat
kegiatan Job Fair,
acara tahunan yang
biasa dilaksanakan
beberapa hari setelah acara
wisuda berlangsung.
Setidaknya aku kerap kali
berpapasan dengan
para pencari kerja yang
datang dengan tampilan berbeda.
Banyak pribadi yang bersolek
berpakaian rapi,
bahkan berdasi.
Mereka mempunyai
banyak pilihan untuk
bekerja di kota-kota besar
dengan gaji yang tentu saja
sangat menarik.

Saudara kandungku
yang saat ini bekerja
di kota besar
seketika muncul
dalam pikiranku.
Secara finansial,
aku kerap kali
membandingkan apa
yang aku dapatkan di sini
dengan apa yang
ia dapatkan di sana
bahkan dengan para
fresh graduate
yang mendapatkan
tawaran rupiah yang tinggi
dari para penyedia
kerja di acara
Job Fair universitas,
Refleksi ini
sama halnya seperti
para mahasiswa
yang bertanya kepadaku
mengapa nilai akhir
mata kuliah
milik temannya
lebih tinggi dari mereka.

Perasaan serupa
dialami oleh si sulung
yang iri hati kepada si bungsu[1]
yang telah meminta harta
dari ayahnya lalu pergi
menghamburkannya sesuka hati.
Pada akhirnya,
ia jatuh miskin
lalu kembali pulang
ke dekapan sang ayah
yang kemudian, tanpa diduga
menerimanya kembali
dengan penuh cinta:
mengenakannya
jubah pada tubuhnya,
cincin pada jarinya, dan
sepatu pada kakinya.
Sang ayahpun mengadakan
perjamuan pesta syukur baginya.


Sebelunya:
Menemukan Tuhan Lewat Puisi

Selanjutnya:
My Best!


[1] Lukas 15:11-32

No comments:

Post a Comment